Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Badan pengawas bank sentral Eropa (ECB) minta kantor bank di beberapa negara di dunia dipaksa menyetop penyaluran kredit perusahaan atau proyek-proyek yang memiliki risiko terhadap lingkungan. Bank sentral Eropa (ECB), menjadi salah satu yang mendesak perbankan menilai lebih dalam soal risiko iklim pada 2022.
ECB berharap perbankan untuk mengungkapkan bagaimana banjir dan badai dapat mempengaruhi nilai portofolio real estat dan rantai pasok bagi pelanggan mereka. Selain itu bank juga didesak dapat memperhitungkan potensi kerugian jika bisnis menyesuaikan operasi mereka agar tidak terlalu intensif karbon.
“Memastikan bahwa neraca bank juga mencerminkan risiko terkait iklim dan lingkungan merupakan prasyarat tidak hanya untuk ketahanan sektor perbankan, tetapi juga untuk penetapan harga yang akurat dari risiko ini,” kata badan pengawas ECB pekan lalu.
Baca juga :Warisan dunia di Polinesia Prancis terancam perubahan iklim
Bukan migrasi, adaptasi jadi fokus kebijakan perubahan iklim Kiribati
Pakar perubahan iklim Pasifik bertemu Dewan Keamanan PBB
Kebijakan itu akan dimulai dengan diskusi dengan pemberi pinjaman tentang pendekatan baru awal tahun depan. Hal itu menandakan regulator keuangan tidak akan menyerahkan pengawasan iklim hanya kepada pemerintah.
Perusahaan minyak BP (BP) dan Shell (RDSB), misalnya, memberikan contoh peringatan tentang apa yang dapat terjadi pada nilai aset sebagai akibat dari pergeseran terkait iklim dalam perekonomian.
Kedua perusahaan telah mengeluarkan miliaran dolar AS dari pembukuan mereka tahun ini karena pandemi telah menyebabkan anjloknya minyak, sehingga keduanya mempercepat perpindahan ke energi yang lebih bersih. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol