Mendengarkan apa yang dipikirkan dan rasakan perempuan.
Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Akademisi dari pusat studi gender dan anak Universitas Cenderawasih, Gerda Numberi, menyebut buku “Sa Ada di Sini” menegaskan kondisi perempuan ada di tengah masyarakat Papua. Menurut Numberi, isi buku yang menggunakan metodologi partisipasi aktif dirasakan sangat tepat, karena mendengarkan apa yang dipikirkan dan rasakan perempuan.
“Sisi judul yang pendek tapi menunjukkan ketegasan bahwa perempuan ada di tengah masyarakat,” kata Gerda Numberi, saat bedah buku “Sa Ada di Sini” di Aula P3W Padang Bulan, Kota Jayapura, Rabu (4/12/2019).
Baca juga :Buku “Sa Ada di Sini” membongkar pentingnya perempuan di Papua
Menjalankan perdamaian perempuan Papua dengan visi ketuhanan
Hari Perempuan Internasional, ciptakan ruang bagi perempuan Papua
Numberi menyatakan ada lima temuan kunci patut menjadi perhatian semua pihak dalam buku “Sa Ada di Sini”. Khususnya pada temuan keempat, yakni korban perempuan membutuhkan program khusus atau pendampingan agat dapat hidup bebas dari kekerasan . “Ini menjadi poin penting dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap perempuan,” kata Numberi menambahkan.
Meski ia berpendapat bahwa dalam menghadapi kekerasan simbolik, perempuan tetap akan menghadapi masalah. Ia menyarankan agar dengan mengubah pola hidup, pola budaya, maka angka kekerasan terhadap perempuan dapat berkurang. Menurut Numberi, cara yang dilakukan di antaranya memberikan stimulan atau rangsangan model perubahan yang baru, termasuk dengan bantuan LSM, dan berbagai pihak.
“Ini biasanya dapat membantu perubahan alih fungsi tersebut,” kata Numberi menjelaskan.
Dalam kesempatan diskusi yang sama, pegiat JERAT Papua, Fadhal Al-Hamid, mengungkapkan buku “Sa Ada Di Sini” berhasil merumuskan lima masalah perempuan Papua dan sangat layak dijadikan rujukan pemerintah maupun stakeholder yang bergerak dalam isu perempuan.
“Ini menarik. Ada tema kunci semakin komprehensif. Termasuk dampak kehadiran perusahaan besar terhadap perempuan,” kata Fadhal.
Fadhal menyatakan pentingnya memunculkan narasi dari laki laki. “Suara itu juga harus ditampilkan agar ada pemahaman yang harus kita tahu,” kata Fadhal menjelaskan. (*)
Editor : Edi Faisol