Jubi | Portal Berita Tanah Papua No. 1
 
Sentani, Jubi – Gereja Injil di Indonesia (GIDI) bersama Yayasan Yapelin mendorong orang Papua asli untuk mampu mengelola usaha dan bisa bersaing dengan pendatang. Salah satu dengan mendirikan Toko “Sahabat” di Flavou Sentani yang dibuka sejak Desember 2016.
 
Manajer Toko “Sahabat” Marta Fransiska mengatakan, usaha yang dipercayakan GIDI dan Yayasan Yapelin kepadanya dan kawan-kawan menjadi tantangan sendiri baginya. Terlebih bersaing dengan toko milik pendatang di sebelah tokonya yang sama-sama menjual sembako.
 
“Di lokasi ini kami baru, karena itu tak langsung mendapatkan banyak pembeli, jadi butuh kesabaran dan ketekunan untuk menarik perhatian pembeli, tapi sekanga sudah mulai ramai dengan adanya pedagang soto dan tukang pangkas rambut di samping toko kami,” kata Marta kepada Jubi, Jumat (7/4/2017).
 
Marta mengelola toko dengan isi yang dterimanya dalam bentuk barang-barang yang akan dijual. Ia mempekerjakan satu sampai tiga anak-anak asli Papua sebagai pegawai, baik dari GIDI maupun di luar GIDI.
 
Selain menjual sembako, “Sahabat” juga berjualan jagung bakar dan kopi siap saji. Untuk pengembangan usaha, ia berencana membuka minimarket.
 
“Kami berharap ke depan banyak anak-anak Papua yang menjadi pengusaha, ini cuma awal sebagai tebar virus entrepreneur, jadi mereka yang jadi pegawai diberikan juga pelajaran apa yang saya punya,” katanya.
 
Toko ini semula buka dari pukul 7 pagi hingga pukul 7 malam, namun karena permintaan pelanggan agar buka 24 jam, akhirnya buka sampai pukul 12 malam.
 
Warga Sentani, Yosepus mengaku bangga ada orang Papua yang bisa mengelola usaha seperti Toko “Sahabat”.
 
“Jujur saya senang walau saya tidak selalu belanja di sini, tapi saya banga, supaya jangan ada kata-kata kalau orang Papua itu tidak tahu usaha, kita buktikan kalau kita itu bisa,” ujarnya. (*)