Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Gubernur Papua Lukas Enembe akan segera mengirim tim ke Surabaya, Jawa Timur dan Semarang, Jawa Tengah untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan mahasiswa asal Papua. Tim tersebut akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Papua.
“Tim ini akan melibatkan Kodam XVII Cenderawasih, Kepolisian Daerah Papua, Dewan Perwakilan Rakyat Papua, Majelis Rakyat Papua, pemerintah, dan jurnalis. Dalam waktu dekat, kami akan berangkatkan untuk selesaikan masalah di Surabaya dan Semarang,” kata Lukas Enembe di Jayapura, Minggu (18/8/2019).
Soal wacana pemulangan mahasiswa di dua kota itu, Enembe menyatakan akan melihat situasi saat tim Pemerintah Provinsi Papua berada di sana. “Seharusnya di usia yang ke-74, Indonesia sudah harus mengubah tabiat dan karakternya. Harus berubah, karena sikap rasisme yang dilakukan terhadap mahasiswa Papua sangat menyakitkan kami, Pemerintah [Provinsi Papua],” kata Enembe.
Ia menyesalkan berbagai ungkapan rasial yang dilontarkan tentara maupun warga yang mengepung Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya. “Kami bukan bangsa monyet. Kami manusia Papua yang punya harga diri dan martabat, sama dengan bangsa-bangsa lainnya,” ujarnya.
Ia tekankan, Pemerintah Provinsi Papua sangat berempati dengan insiden yang terjadi di Kota Semarang, Surabaya dan Malang. Secara khusus Enembe menyesalkan adanya penangkapan dan pengosongan asrama mahasiswa Papua oleh aparat keamanan.
“Kami akan sangat menghargai jika masalah ini bisa [ditangani] aparat hukum dengan profesional dan berkeadilan. Untuk itu, kami harap aparat keamanan tidak melakukan pembiaraan atas tindakan persekusi dan main hakim sendiri oleh kelompok atau individu orang yang dapat membuat luka hati masyarakat Papua,” kata Enembe.
Menurutnya, selama ini Papua selalu dikenal sebagai miniatur Indonesia. Hal itu terbukti dari beragamnya penduduk di Papua-multi etnis, multi agama dan multi budaya. Selama ini, penduduk yang beragam itu selalu hidup berdampingan, dan orang asli Papua selalu memperlakukan masyarakat non Papua secara terhormat serta sejajar.
Oleh karena itu, Enembe berharap kehadiran orang Papua di berbagai daerah di Indonesia diperlakukan serupa. “Hal ini merupakan komitmen kita bersama sebagai anak bangsa, untuk mewujudkan Indonesia yang damai, berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan beretika secara budaya,” kata Enembe dengan tegas.
Enembe mengimbau kepada seluruh masyarakat Papua yang ada di Papua dan seluruh wilayah Indonesia merespon peristiwa yang terjadi di Surabaya, Semarang dan Malang secara wajar. “Jangan lakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma adat, budaya maupun peraturan perundang-undangan,” ujarnya.
Enembe juga mengimbau kepada seluruh masyarakat non Papua di seluruh wilayah Indonesia, agar tetap menjaga harmoni kehidupan, dan tidak melakukan tindakan yang inkonstitusional seperti persekusi, main hakim sendiri, memaksakan kehendak, bertindak rasis, diskriminatif, dan intoleran yang dapat melukai orang Papua.
“Kita sudah 74 tahun merdeka. Seharusnya tindakan-tindakan seperti itu tidak boleh lagi terjadi,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G