Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Seorang pria bersenjatakan pisau membunuh guru sejarah tepat di depan sekolah menengah di pinggiran kota Paris, Prancis pada Jumat, (16/10/2020) kemarin. Polisi menembak mati pembunuh guru itu dan menjadikan kasusnya sebagai tindakan terorisme.
Baca juga : Puluhan ribu warga Pakistan Protes penerbitan kartun Nabi
Empat Tewas, 45 Cedera Saat Protes Kartun Nabi
Majalah pembuat gambar rasial di Prancis menuai kutukan publik
Laporan Reuters menjelaskan, guru itu dibunuh setelah di dalam kelas menunjukkan kepada para siswanya foto kartun Nabi Muhammad yang dianggap oleh umat Islam sebagai penghujatan.
Tersangka pelaku kemudian membunuh guru itu di depan sekolah di Conflans Sainte-Honorine sekitar jam 5 sore waktu setempat.
Beberapa saksi mata mengungkapkan kepada polisi bahwa pelaku meneriakkan kata Allahu Akbar. Presiden Prancis Emmanuel Macron yang tiba di lokasi pembunuhan sadis guru itu mengatakan, peristiwa ini sebagai serangan teror dan menyerukan warga Prancis bersatu.
Macron mengatakan, korban dibunuh karena dia seorang guru dan mengajarkan kemerdekaan untuk menyampaikan pendapat.
“Seluruh negeri berdiri di belakang guru-guru. Teroris tidak akan memecah belah Prancis,” kata Macron menegaskan.
Guru korban pembunuhan itu mengajarkan kemerdekaan berpendapat di kelas dengan membuka debat tentang karikatur itu. Ia telah menerima ancaman sekitar 10 hari setelah acara di kelas. Sejumlah orang tua siswa kemudian menyampaikan keberatan terhadap guru itu.
Satu akun Twitter yang disebut dijalankan oleh pembunuh telah mengunggah gambar pembunuhan guru itudan mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu, meski akun itu seketika ditangguhkan.
Media lokal telah mengidentifikasi pembunuh guru sejarah itu merupakan seorang pria etnis Chechen di Rusia berusia 18 tahun. Kedutaan Rusia di Paris telah meminta informasi tentang tersangka dari aparat berwenang Prancis. (*)
Editor : Edi Faisol