Papua No.1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Remaja dari kalangan Orang Asli Papua (OAP) kurang berminat terhadap kegiatan Pramuka di Nabire. Ketertarikan mereka hanya sebatas mengikuti perkemahan atau iven besar di tingkat daerah dan nasional.
“Remaja OAP jarang sekali mengikuti kegiatan Pramuka di Nabire. Mereka selalu diajak, tetapi sulit untuk bergabung (ikut latihan Pramuka),” kata Tokoh Pramuka Nabire Zefnath Kaburuy, Selasa (28/1/2020).
Kaburuy mengatakan kondisi tersebut menjadi tantangan terbesar bagi gerakan Pramuka di daerahnya. Karena itu, dia berharap para pembina di setiap gugus depan lebih kreatif dan inovatif. Mereka harus mampu memodifikasi materi kepramukaan sehingga memancing ketertarikan remaja OAP.
“Materi harus dikemas sehingga menjadi kegiatan menantang. Bila hanya (latihan keterampilan) tali-temali, senam, dan baris-berbaris, akan monoton. Satu per satu peserta Pramuka akan menghilang,” kata Kaburuy.
Mantan Sekretaris Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Nabire, tersebut menilai kegiatan Pramuka masih sangat relevan dalam pembentukan karakter generasi muda. Pramuka menawarkan alternatif kegiatan positif untuk membentengi mereka dari penyakit sosial.
“Saat ini marak penyalahgunaan lem Aibon, dan konsumsi minuman keras. Itu menjadi tanggung jawab kwarcab untuk mengambil peranan dalam pembinaan generasi muda yang merupakan salah satu tujuan utama gerakan Pramuka,” jelas Kaburuy.
Anggota Pramuka Nabire Alberto Samberi mengakui banyak manfaat yang diperolehnya selama aktif di kepramukaan sejak SMP. Dia pun mengajak generasi muda OAP mengikuti jejaknya.
“Pramuka itu bukan hanya (latihan) baris-berbaris. Ada segudang ilmu yang kami dapatkan di Pramuka, misalnya (keterampilan ) survival (kemampuan bertahan hidup di alam terbuka atau kondisi darurat),” kata Samberi dalam kesempatan terpisah. (*)
Editor: Aries Munandar